Tampilkan postingan dengan label agama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label agama. Tampilkan semua postingan

Kiat menghidupkan hati (bagian pertama)



"Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram" QS. Ar Ra'du, 13 : 25

1. Pengertian Hati (Qalbu)

Hati dalam bahasa Arab adalah Qalbu, letaknya berada di dalam dada manusia.
Para ulama mendifinisikan hati dengan pengertian yaitu, "Sebuah perasaan kepekaan dan emosi yang berada pada manusia, yang berupa cinta, amarah, bahagia, duka, ketenangan, kekhawatiran, khusyu', rasa takut, pengharapan, keluh kesah, kesenangan, ketakutan, kasih sayang, kelembutan, kehalusan, derita, penyesalan dan lain-lainnya" kata Qalbu (hati) juga digunakan untuk menunjuk akal, menginginkan sesuatu dan sebagainya. (QS. Az-Zumar 39:45)

Hati merupakan motivator terhadap gerak physik manusia dan memiliki peran serta pengaruh terhadap kondisinya. Ia merupakan rasa yang selalu diikuti oleh akal, jiwa dan panca indra. Seluruhnya itu merupakan spionase manusia yang siap melaporkan dan merealisasikan semua perintah Allah SWT.

Hati adalah penentu keputusan dan pelaksanaan keputusan tersebut bergantung kepadanya. Apabila hati baik maka baiklah seluruh badan, sebaliknya apabila hati rusak maka rusaklah seluruh badan. Nabi bersabda :
"Ingatlah, sesungguhnya pada jasad itu ada segumpal daging, apabila dia baik maka baiklah seluruh jasad dan apabila jelek maka seluruh jasad jelek pula". (HR. Muttafaq Alaih)
Hati adalah tempat bersemayam iman. (QR. 49 Al-Hujurat ayat 14)

Kata Qalbu (hati) dalam Al Qur'an tidak semata dimaksudkan anggota tubuh yang ada di dalam dada manusia, namun juga bermacam sifat yang ada pada diri manusia, sifat-sifat ini di kaitkan kepada hati karena ia merupakan anggota tubuh yang sangat penting.

Berbicara tentang hati (Qalb) ada sifat yang dimiliki yaitu tidak konsisten dan ini menjadi karakteristiknya. sebab kata Qalb (hati) secara terminologi (lughawi) artinya bolak-balik

Alam Semesta Adalah Guru yang Bijak

Tatkala seorang guru sufi besar Hasan, mendekati akhir masa hidupnya, seseorang bertanya kepadanya, “Hasan, siapakah gurumu?”

Dia menjawab, “Aku memiliki ribuan guru. Menyebut nama mereka satu-persatu akan memakan waktu berbulan-bulan, bertahun-tahun dan sudah tidak ada waktu lagi untuk menjelaskannya. Tetapi ada tiga orang guru yang akan aku ceritakan kepadamu.

Pertama adalah seorang pencuri. Suatu saat aku tersesat di gurun pasir, dan ketika aku tiba di suatu desa, karena larut malam maka semua tempat telah tutup. Tetapi akhirnya aku menemukan seorang pemuda yang sedang melubangi dinding pada sebuah rumah. Aku bertanya kepadanya dimana aku bisa menginap dan dia berkata “Adalah sulit untuk mencarinya pada larut malam seperti ini, tetapi engkau bisa menginap bersamaku, jika engkau bisa menginap bersama seorang pencuri.”

Sungguh menakjubkan pemuda ini. Aku menetap bersamanya selama satu bulan! Dan setiap malam ia akan berkata kepadaku, “Sekarang aku akan pergi bekerja. Engkau beristirahatlah dan berdoa.” Ketika dia telah kembali aku bertanya “apakah engkau mendapatkan sesuatu?” dia menjawab, “Tidak malam ini. Tetapi besok aku akan mencobanya kembali, jika Tuhan berkehendak.” Dia tidak pernah patah semangat, dia selalu bahagia.

Ketika aku berkhalwat (mengasingkan diri) selama bertahun-tahun dan di akhir waktu tidak terjadi apapun, begitu banyak masa dimana aku begitu putus asa, begitu patah semangat, hingga akhirnya aku berniat untuk menghentikan semua omong kosong ini. Dan tiba-tiba aku teringat akan si pencuri yang selalu berkata pada malam hari. “Jika Tuhan berkehendak, besok akan terjadi.”

Guruku yang kedua adalah seekor anjing. Tatkala aku pergi ke sungai karena haus, seekor anjing mendekatiku dan ia juga kehausan. Pada saat ia melihat ke airnya dan ia melihat ada ajing lainnya disana “bayangannya sendiri”, dan ia pun ketakutan. Anjing itu kemudian menggonggong dan berlari menjauh. Tetapi karena begitu haus ia kembali lagi. Akhirnya, terlepas dari rasa takutnya, ia langsung melompat ke airnya, dan hilanglah bayangannya. Dan pada saat itulah aku menyadari sebuah pesan datang dari Tuhan: ketakutanmu hanyalah bayangan, ceburkan dirimu ke dalamnya dan bayangan rasa takutmu akan hilang.

Guruku yang ketiga adalah seorang anak kecil. Tatkala aku memasuki sebuah kota dan aku melihat seorang anak kecil membawa sebatang liling yang menyala. Dia sedang menuju mesjid untuk meletakkan lilinnya disana.
“Sekedar bercanda”, kataku kepadanya, “Apakah engkau sendiri yang menyalakan lilinnya?” Dia menjawab, “Ya tuan.” Kemudian aku bertanya kembali, “Ada suatu waktu dimana lilinnya belum menyala, lalu ada suatu waktu dimana lilinnya menyala. Bisakah engkau tunjukkan kepadaku darimana datangnya sumber cahaya pada lilinnya?

Anak kecil itu tertawa, lalu menghembuskan lilinnya, dan berkata, “Sekarang tuan telah melihat cahayanya pergi. Kemana ia perginya? Jelaskan kepadaku!”
Egoku remuk, seluruh pengetahuanku remuk. Pada saat itu aku menyadari kebodohanku sendiri. Sejak saat itu aku letakkan seluruh ilmu pengetahuanku.

Adalah benar bahwa aku tidak memiliki guru. Tetapi bukan berarti bahwa aku bukanlah seorang murid, aku menerima semua kehidupan sebagai guruku. Pembelajaranku sebagai seorang murid jauh lebih besar dibandingkan dengan dirimu. Aku mempercayai awan-awan, pohon-pohon. Seperti itulah aku belajar dari kehidupan. Aku tidak memiliki seorang guru karena aku memiliki jutaan guru yang aku pelajari dari berbagai sumber. Menjadi seorang murid adalah sebuah keharusan di jalan sufi. Apa maksud dari menjadi seorang murid? Maksud dari menjadi seorang murid adalah untuk belajar. Bersedia belajar atas apa yang diajarkan oleh kehidupan. Melalui seorang guru engkau akan memulai pembelajaranmu.

Sang guru adalah sebuah kolam dimana engkau bisa belajar bagaimana untuk berenang. Dan tatkala engkau telah mahir berenang, seluruh Samudera adalah milikmu. 
 

Keadaan Si KIKIR

Suatu hari dalam suatu kesempatan di kehidupan Rasulullah saw. ada seorang perempuan datang menemui beliau. Tangan sebelah kanan dari wanita itu terlihat mengecil dan mengering.
Waktu ia telah berada dekat dengan Rasulullah, kemudian berkata, "Ya Rasulullah, mohon berdoalah engkau kepada Allah, kiranya Ia dapat berkenan untuk menyembuhkan dan mengembalikan tanganku ini kepada keadaan sebagaimana semula."
Sembari menyampaikan permohonannya, wanita itu memperlihatkan tangan kanannya kepada Rasulullah. Rasulullah memperhatikan sejenak keadaan tangan itu. Tangan itu memang telah mengecil dan tulang-tulangnya terkesan besar dalam pandangan karena mengeringnya daging yang menyelimutinya.
Sejurus kemudian, Rasulullah menanyakan ada hal apa yang telah dialami si wanita sampai-sampai tangannya bisa berujud demikian. "Ada apa denganmu sehingga tanganmu bisa mengering begitu?" Dengan perasaan yang tertekan, berceritalah wanita tersebut perihal pengalaman yang dialaminya.
"Sesungguhnya, pada beberapa malam yang lalu saya bermimpi. Dalam mimpi itu terasa bahwa hari kiamat telah datang. Neraka jahim telah pula dinyalakan. Surga telah disiapkan. Keadaan neraka yang telah penuh dengan lembah-lembah api telah siap sedia menyambut ahlinya. Di salah satu lokasi dari lembah neraka itu, yaitu tempat yang dinamakan Lembah Jahanan, saya melihat seseorang berada di sana. Lama saya amat-amati orang itu. Akhirnya, saya yakin bahwa ia tak lain dari ibu kandung saya. Rupanya kedua tangan ibu sedang memegang sesuatu. Salah satu tangannya terlihat sedang memegang-megang sepotong lemak, sedangkan tangan lainnya memegang sehelai kain. Dan, rupanya kain yang dipegang-pegangnya itu ia jadikan sebagai tameng untuk melindungi tubuh itu dari panasnya api yang menjilat-jilat dari tengah-tengah lembah. Melihat keadaan ibu yang serupa itu, hati saya trenyuh. Tak kuasa saya berteriak kepadanya. 'Ibu...! hai, Ibu...! Tiada patut bagiku melihatmu berada di lembah ini, sedangkan engkau adalah orang yang taat kepada Tuhanmu dan suamimu, juga telah senang, tak membencimu'."

"Rupanya ibu mendengar teriakan saya. Tak lama sahutan dari jawaban Ibu pun terdengar. 'Hai, anak perempuanku! Aku ini ketika masih di dunia adalah seorang yang kikir. Lembah ini merupakan tempat yang diperuntukkan bagi orang-orang yang kikir.' Mendengar jawaban itu itu, rasa ingin tahuku tentang fungsi dari benda-benda yang ada dalam pegangannya itu menggiring saya untuk bertanya lagi. 'Lemak dan kain yang saya lihat ada di tanganmu itu untuk apa?' 'Dua-duanya ini adalah sedekah saya dulu ketika di dunia. Jadi, selama di dunia, saya tak pernah bersedekah apa-apa kecuali kain dan lemak ini. Dan, sekarang dua-duanya itu kubuat berlindung dari api dan siksa terhadap diriku.'

"Demikian jelas ibu kepada saya. Saya terus menanyakan, di mana gerangan ayah sekarang. 'Bakak mana Bu?' 'Dia adalah orang yang dermawan. Jadi, dia sekarang berada di tempat orang-orang dermawan. Beliau berada di surga'."

"Maka, segera saya pergi ke surga. Ayah terlihat sedang berdiri di pinggir telagmu (Muhammad), ya Rasulullah. Dia sedang memberi minum kepada orang-orang dermawan dengan gelas yang diambilkan dari tangan Ali, Usman, Umar, dan Abu Bakar. Abu Bakar dari uluran tanganmu, ya Rasulullah. Lantas, saya berseru kepada ayah. 'Ayah! ibu (istrimu yang taat kepada Tuhannya dan engkau senang kepadanya, sekarang berada di lembah jahanam. Sekarang engkau malah memberi minum kepada orang-orang dengan air telaga Nabi Muhammad saw., padahal ibu sangat dahaga. Ayah, berilah ia seteguk air agar rasa dahaganya hilang'."

"Ternyata ayah mendengar suara saya. Tak lama terdengar sahutan ayah. 'Putriku, ibumu berada di dalam tempat orang-orang yang kikir dan orang-orang yang durhaka di neraka. Padahal, diharamkan air Telaga Muhammad saw. kepada neraka'."

"Mendengar jawaban ayah seperti itu, saya menjadi tak sabar. Lantas, saya ambil saja sendiri segelas air dari telaga itu dan membawanya kepada ibu. Saya minumkan air itu kepada ibu yang sedang menderita kehausan yang hebat karena terus-menerus mendapat sengatan panas. Ibu kemudian meminumnya. Tetapi, sementara ibu melakukan itu, saya mendengar suara yang mengatakan begini, 'Semoga Allah mengeringkan tanganmu, lantaran kamu datang memberi minum air Telaga Muhammad saw. kepada orang yang durhaka lagi kikir'."

"Suara itu ternyata membingungkan saya. Saya tersentak bangun. Dan, tiba-tiba tangan yang menyodorkan minum kepada ibu itu benar-benar mengering dan mengecil."

Mendengar penjelasan yang panjang lebar dari wanita itu, Nabi saw. bersabda kepadanya, "Kekikiran ibumu ternyata membahayakan kamu di dunia. Itu saja di dunia. Lalu bagaimana akibatnya yang menimpa baginya?"

Sesaat kemudian, kata Siti Aisyah (yang meriwayatkan cerita ini), Rasulullah meletakkan tongkatnya di atas tangan kering perempuan tersebut seraya berdoa, "Ya, Allah, demi cerita yang telah diceritakan oleh perempuan ini, maka hendaklah Engkau sudi menyembuhkannya seperti sedia kala." Dengan demikian, tangan kering perempuan tersebut menjadi sembuh seketika seperti semula.

Dalam hadis lain, bersumber dari Aisyah, Rasulullah saw. bersabda, "Orang dermawan itu dekat kepada Allah, manusia, dan jauh dari neraka. Orang kikir itu jauh dari Allah, makhluk, surga, dan dekat kepada neraka. Orang bodoh yang dermawan itu lebih dicintai Allah Ta'ala daripada orang alim yang kikir."

Rasulullah saw. bersabda lagi, "Sifat dermawan itu bagaikan pohon di surga yang daun-daunnya terkulai ke dunia. Barangsiapa berpegangan dengan dahan tersebut, maka ia akan terangkat ke surga. Dan, sifat kikir itu bagaikan pohon di neraka yang dahan-dahannya terkulai ke dunia. Barangsiapa berpegangan dahan tersebut, maka akan tersesat ke neraka."

Sumber: Mutiara Hikmah dalam 1001 Kisah, Tim Poliyama Widya Pustaka

Anda Bisa Sukses

anda bisa suksesAda dua hal yang menyebabkan Anda sukses, pertama adalah Anda melakukan cara tertentu untuk meraih sukses, kedua Allah mengijinkan Anda untuk sukses.
Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri [12.67]
Meskipun ada faktor nasib disini, tetapi bukan berarti kita tidak harus berusaha, hanya menunggu nasib dari Allah. Allah sendiri yang memerintahkan kita untuk berusaha. Seperti didalam firman-Nya:
Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha. [25.47]
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki suatu keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(ar-Ra’d: 11)
Kita disuruh berusaha, tetapi usaha tertentu yang bisa membuat Anda sukses (bukan sembarang usaha), karena yang menjadikan orang sukses ialah karena mereka melakukan usaha tertentu yang benar yang akan membuat Anda sukses. Bagaimanapun kerasnya Anda berusaha jika usaha yang Anda lakukan salah maka Anda tidak akan berhasil.
sukses tidak disebabkan oleh lingkungan. Bagaimanapun lingkungan Anda, Anda tetap bisa Anda sukses. Ada orang yang sukses dari lingkungan kota, ada juga dari desa. Jika Anda seorang karyawan, ada juga karyawan yang sukses, jika Anda seorang pengusaha ada pengusaha yang sukses, bahkan jika Anda seorang pemulung, ada juga yang sukses. Meskipun Anda seorang presiden tidak dijamin Anda akan sukses. Sudah ada contoh bahwa seorang presiden mengakhiri hidupnya dengan tragis. Kesimpulannya lingkungan atau profesi tidak menentukan Anda sukses atau tidaknya.
Begitu juga dengan kepandaian maupun gelar tidak menjamin akan sukses. Banyak yang bergelar doktor maupun profesor tidak mendapatkan kesuksesan, tetapi disisi lain lulusan SD ada yang sukses.
sukses juga tidak ditentukan oleh modal, sudah banyak contoh orang sukses tanpa modal (sukses dalam bisnis). Jadi tidak ada alasan Anda tidak mau mengejar sukses karena terhambat modal. Mendapatkan modal adalah bagian dari langkah menuju sukses, bukan penentu. Karena banyak juga yang sudah punya modal tidak sukses.
Pada intinya Anda bisa sukses tidak peduli dimana Anda berada, tidak peduli apa pendidikan Anda bahkan tidak peduli Anda punya uang atau tidak sekarang. Yang penting Anda mau melakukan cara yang benar untuk meraih sukses.
Timbul pertanyaan, seperti apa cara atau strategi jitu untuk meraih sukses. Anthony Robin dalam bukunya Langkah sukses menuliskan langkah jitu untuk meraih sukses yaitu :
  1. Tentukan tujuan yang Anda inginkan. (berhati-hatilah! Kejelasan merupakan modal paling penting.
  2. Ambillah tindakan (karena kemauan saja tidak cukup)
  3. Periksalah apa yang berhasil dan tidak. (Anda tidak perlu menyia-nyiakan energi untuk pendekatan tidak bermanfaat)
  4. Ubah pendekatan Anda sampai menggapai tujuan (Fleksibilitas memberi Anda kemampuan untuk membuat pendekatan baru dan hasil baru)
Yah, Anda bisa sukses jika menjalankan 4 langkah di atas, Insya Allah. Tetapi ada yang perlu diperhatikan yaitu 4 langkah tersebut diatas adalah langkah-langkah sukses yang umum. Anda memerlukan cara-cara yang lebih spesifik atau penjabaran dari langkah-langkah tersebut yang lebih fokus terhadap sukses yang sedang Anda kejar. Contohnya ialah jika Anda ingin sukses dalam bisnis, tentu saja Anda harus tahu langkah-langkah menjalankan bisnis, jika Anda ingin sukses dalam bidang olah raga maka Anda harus tahu tentang olah raga yang Anda tekuni.
Tetapi jangan takut, jika melakukan 4 langkah diatas, keterampilan yang diperlukan bisa mengikuti. Keterampilan bisa dipelajari. Maka kunci sukses selanjutnya sebagai pelengkap dari empat langkah tersebut adalah kemauan untuk belajar. Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Banyak kisah dimana pada usia lanjut masih bisa mendapatkan pengetahuan serta keterampilan baru.
Satu lagi hal penting dalam meraih sukses ialah adanya energi pendorong yang kuat dalam melakukan keempat langkah tersebut. motivasi. Yah motivasi, tanpa itu tidak akan bisa bergerak. motivasi ibarat darah dalam tubuh, motivasi ibarat bensin dalam mobil yang menjadikannya bergerak. Semakin besar atau semakin kuat motivasi Anda akan semakin besar kemungkinan Anda untuk berhasil.
Seorang mujahid tidak gentar dengan berbagai senjata lawan yang dia hadapi. Bahkan tidak jarang kekuatan lawan yang jauh tidak seimbang. Tetapi pada kenyataan seorang mujahid pantang mundur terus bergerak. Kenapa? Tentu karena mempunyai motivasi yang sangat kuat untuk meraih ridha illahi sehingga mampu mendorong dia untuk menembus segala rintangan dan halangan bahkan dengan nyawa taruhannya.
Jika Anda ingin sukses Anda harus mempunyai motivasi yang besar untuk meraih sukses tersebut. Dan motivasi terbesar, tidak terbatas serta mulia ialah motivasi menggapai ridha illahi. Berperang di medan tempur, mengentaskan kemiskinan, mencerdaskan umat, memberantas kelaparan, memberantas oknum-oknum yang kotor, dan sebagainya akan terasa berat tanpa motivasi menggapai ridha illahi.
Melakukan empat langkah di atas ditambah motivasi yang kuat akan membawa Anda kepada kesuksesan, kecuali Allah menghendaki lain. Teruslah berusaha karena Allah memang menyuruh kita berusaha, tentang hasil kita serahkan saja kepada Allah. Jika motivasi kita mulia, berhasil tidak berhasil kita akan mendapatkan balasan dari Allah jika kita telah berusaha seoptimal kita.

Menerima Apa Adanya

Di bawah naungan ajaran Islam, suami istri menjalani hidup mereka dalam satu perasaan, menyatunya hati dan cita-cita. Namun adakalanya pernikahan harus berjalan di atas kerikil. Apalagi saat pandangan mulai berbeda, tujuan tak lagi sama. Mempertahankan keutuhan dan keharmonisan rumah tangga terasa tak lagi mudah. Di mata kita pasangan selalu serba salah dan penuh kekurangan.
Terlepas dari hal itu, Islam tetap memberi penghargaan tinggi pada pernikahan dan Alloh menyebutnya sebagai ikatan yang kuat. Dalam Al-Quran surat An-Nisaa ayat 21 yang artinya,
“… dan mereka istri-istrimu telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”
Demikian agungnya ikatan pernikahan hingga sebanding dengan separuh agama. Begitulah, keputusan dua insan berbeda untuk menikah tentunya dengan pertimbangan matang, faham dan tahu tujuan dari pernikahan. Mengerti betul perbedaan akan disatukan dalam perkawinan. Hingga pemahaman-pemahaman dari ini diharapkan akan membawa pada keharmonisan dan kelangsungan pernikahan pada keabadian.
Didalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 21, Alloh Ta’ala berfirman,
artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Ayat ini merupakan pondasi kehidupan yang diliputi suasana perasaan yang demikian sejuk. Istri ibarat tempat bernaung bagi suami setelah seharian bekerja keras. Penghiburnya di saat lelah. Suasana rumah yang penuh belas kasih hingga menumbuhkan ketenteraman. Sebaliknya suami yang baik akan memberikan timbal balik yang sama.
Suami sebagai pemimpin rumahnya dengan bantuan dan dukungan istri akan bertindak sebijaksana mungkin mengatur rumah tangganya tanpa harus bersikap sok berkuasa. Dan jika tugas suami istri berjalan seimbang maka akan memberi ketenteraman dan kemantapan dalam hubungan suami istri. Dan anak-anak yang tumbuh dalam “lembaga” yang bersih ini akan tumbuh dengan baik. Sebab individu yang bernaung di dalamnya tahu hak dan kewajibannya, sebagaimana sabda Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa sallam ,
“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.”
Maka tak heran kalau keluarga harmonis yang sakinah penuh mawadah warahmah akan mudah diwujudkan. Insya Alloh…
Tentu semua kita menginginkan suasana kehidupan rumah tangga yang demikian, untuk meraih hal itu, Menerima Kekurangan dan Kelebihan pasangan adalah satu diantara sekian langkah yang bisa ditempuh agar dapat mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawadah dan rohmah.
Ya, Kita melihat bagaimana Al-Qur’an membangkitkan pada diri masing-masing pasangan suami istri suatu perasaan bahwa masing-masing mereka saling membutuhkan satu sama lain dan saling menyempurnakan kekurangan.
Ibaratnya, wanita laksana ranting dari laki-laki dan laki-laki adalah akar bagi wanita. Karena itu akar selalu membutuhkan ranting dan ranting selalu membutuhkan akar. Sebagaimana firman Alloh dalam al-A’raf ayat 189,
Yang artinya “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.”
Karena itu, pernikahan tak hanya menyatukan dua manusia berbeda tapi juga menyatukan dua perbedaan, kelebihan dan kekurangan sepasang anak manusia. Dimana masing-masing akan saling mengisi dan melengkapi kekurangan satu dengan yang lain. Sementara menjadikan kelebihan masing-masing untuk merealisasikan cita-cita pernikahan sesungguhnya. Dengan memahami hal tersebut, kehidupan rumah tangga akan tenteram, dan tenang berlayar, sangat mustahil ditemukan sepasang suami istri yang sempurna segala sesuatunya. Yang bisa dilakukan adalah dengan jalan saling memahami dan menghargai satu sama lain.
Menerima apa adanya kekurangan atau kelebihan pasangan. Tidak membandingkan pasangan kita dengan yang lain. Karena hal-hal seperti ini tidak akan membuat nyaman hubungan namun hanya akan menjadikan kita makin sensitif dengan segala perbedaan. Dan sekali lagi… memaafkan semua kekurangan pasangan adalah lebih baik. Hargailah segala kelebihannya. Dan berterima kasihlah atas semua yang telah dikerjakan dan diberikan pasangan pada kita. Insya Alloh, hal ini akan membuat makin manisnya hubungan dengan pasangan.
Mungkin ada hal-hal yang tak kita sukai pada pasangan kita, namun bukanlah masih ada hal-hal baik yang kita sukai ada padanya? Kita harus bijaksana menyikapi hal ini.
Kita tak perlu berpura-pura dan menutupi kekurangan kita hanya karena takut tak sempurna di hadapan si dia. Karena bisa saja justru hal ini akan menyeret kita pada hal-hal berbahaya. Misalnya saja dengan berbohong menjanjikan ini dan itu serta janji setinggi langit. Padahal kita tahu tak akan bisa memenuhinya. Jika pasangan tahu, tentu ia akan marah dan jengkel hingga membuahkan pertengkaran dan hal-hal buruk lain. Bukanlah lebih baik kita selalu tampil apa adanya, karena itu tak akan membebani kita ?
Sungguh, jika si dia benar-benar mencintai kita tentu dia akan menerima kita apa adanya. Mau menerima kekurangan dan kelebihan kita. Tanpa basa-basi.
Yang perlu diingat, kita selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya, semampu kita. Insya Alloh di rumah kita akan terwujud suasana yang kita dambakan, yaitu adanya sakinah mawadah dan rohmah.
Rasa kasih dan sayang sebagai fitrah Alloh di antara pasangan suami dan istri akan bertambah seiring dengan bertambahnya kebaikan pada keduanya. Sebaliknya, akan berkurang seiring menurunnya kebaikan pada keduanya. Sebab secara alami, jiwa mencintai orang yang memperlakukannya dengan berbuat baik dan memuaskan untuknya, termasuk melaksanakan hak dan kewajiban suami istri. Wallahu’alam…..

Sumber : http://blog.fajrifm.com/menerima-apa-adanya.html

Jauhkan Dirimu Dari Dosa

“Jauhkanlah dirimu dari segala dosa, yang besar maupun yang kecil, itulah hakikat takwa. Jalanilah kehidupan bagaikan orang yang menempuh jalan penuh onak dan duri, senantiasa berhati-hati dari bahaya yang dilihat. Janganlah engkau remehkan dosa sekalipun kecil, bukankah gunung yang menjulang tinggi berasal dari kerikil-kerikil kecil yang terhampar?”

**************************************************
Kisah Umar & Makanan Sederhana

Dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Ashim bin Umar dari Umar, dia berkata: "Tidak halal bagiku makan dari harta kalian selain sebagaimana aku memakannya dari pokok hartaku; roti dengan minyak atau roti dengan mentega." Terkadang bila didatangkan keju yang dibuat dari minyak atau mentega dia meminta izin kepada kaum muslimin dengan berkata: "Aku adalah orang Arab, tidak dapat terus menerus memakan minyak." [Al-Wara oleh Ibnu Abi Dunya no.188,190]

**************************************************
Allah Maha Menerima Taubat

Imam Muslim rahimahullah mengatakan di dalam Shahihnya di kitab at-Taubah:

Muhammad bin al-Mutsanna menuturkan kepada kami. Dia berkata: Muhammad bin Ja’far menuturkan kepada kami. Dia berkata: Syu’bah menuturkan kepada kami dari Amr bin Murrah. Dia berkata: Aku mendengar Abu Ubaidah menyampaikan hadits dari Abu Musa -radhiyallahu’anhu- dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla senantiasa membentangkan tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubat pelaku dosa di waktu siang dan membentangkan tangan-Nya di waktu siang untuk menerima taubat pelaku dosa di waktu malam, sampai matahari terbit dari tempat tenggelamnya.” (Shahih Muslim yang dicetak bersama syarahnya, jilid 9 halaman 26. hadits no. 2759)

**************************************************
Jangan Banyak Bicara Yang Tidak Bermanfaat

Sahl At-Tustari rahimahullahu berkata: “Barangsiapa (suka) berbicara mengenai permasalahan yang tidak ada manfaatnya niscaya diharamkan baginya kejujuran.” [Jami’ul ‘Ulum wal Hikam 1/290-294]

**************************************************
Sifat Santun Ulama Salaf

Pada suatu malam yang gelap Umar bin Abdul Aziz memasuki masjid. Ia melewati seorang lelaki yang tengah tidur nyenyak. Lelaki itu terbangun dan berkata: Apakah engkau gila! Umar menjawab: Tidak Namun para pengawal berusaha meringkus lelaki itu. Namun Umar bin Abdul Aziz mencegah mereka seraya berkata: Dia hanya bertanya: Apakah engkau gila! dan saya jawab: Tidak.

Seorang lelaki melapor kepada Wahab bin Munabbih: Sesungguhnya Fulan telah mencaci engkau! Ia menjawab: Kelihatannya setan tidak menemukan kurir selain engkau!

**************************************************
Berteman Dengan Orang Shalih

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa.)

**************************************************
Orang Yang Bijaksana & Orang Yang Lemah

Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Orang yang bijaksana adalah yang mengoreksi dirinya dan segera beramal sebagai bekal untuk hari Akhirat. Dan orang yang lemah adalah yang selalu memperturutkan hawa nafsu, di samping itu ia mengharapkan berbagai angan-angan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)

**************************************************
Bahaya Menuduh Dengan Kekafiran

Rasulullah -shallallah alaihi wa sallam- bersabda:

أَيُّمَا رَجُلٍ قَالَ لأَخِيهِ يَا كَافِرُ . فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا إِنْ كَانَ كَمَا قَالَ وَإِلاَّ رَجَعَتْ عَلَيْهِ

"Siapa saja yang berkata kepada saudaranya (muslim), “wahai orang kafir”, maka akan kembali kepada salah satu di antara keduanya, apabila yang diucapkan betul maka betul, akan tetapi apabila tidak, maka akan kembali kepada yang mengucapkannya". (Muttafaqun ‘alaih).

Rasulullah -shallallah alaihi wa sallam- bersabda:

وَمَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ

"Barangsiapa menuduh seorang mukmin dengan kekafiran maka dia seperti membunuhnya". (HR. al-Bukhari)

Rasulullah -shallallah alaihi wa sallam- bersabda:

لاَ يَرْمِى رَجُلٌ رَجُلاً بِالْفُسُوْقِ، وَلاَ يَرْمِيْهِ بِالْكُفْرِ ، إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ ، إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ

"Tidaklah seseorang menuduh lainnya dengan kefasikan dan tidak pula menuduh dengan kekafiran kecuali akan kembali kepadanya, apabila orang yang tertuduh tidak demikian". (HR. al-Bukhari)

**************************************************
Diamlah Niscaya Engkau Selamat

Syaqiq berkata: 'Abdullah bin Mas'ud bertalbiyah di atas bukit Shafa, kemudian berseru: "Wahai lidah, katakanlah kebaikan, niscaya engkau mendapatkan keberuntungan. Diamlah, niscaya engkau selamat, sebelum engkau menyesal".

Orang-orang bertanya: "Wahai Abu 'Abdurrahman, apakah ini suatu perkataan yang engkau ucapkan sendiri, atau engkau dengar?"

Dia menjawab, "Tidak, bahkan aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

أَكْثَرُ خَطَايَا إِبْنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ

"(Kebanyakan kesalahan anak Adam ialah pada lidahnya)".

HR Thabrani, Ibnu 'Asakir, dan lainnya. Lihat Silsilah ash-Shahîhah, no. 534.

Sumber : http://www.facebook.com/group.php?gid=189101915150

51 Keutamaan Dzikir

(1) Dengan dzikir akan mengusir setan.

(2) Dzikir mudah mendatangkan ridho Ar Rahman.

(3) Dzikir dapat menghilangkan gelisah dan hati yang gundah gulana.

(4) Dzikir membuat hati menjadi gembira dan lapang.

(5) Dzikir menguatkan hati dan badan.

(6) Dzikir menerangi hati dan wajah pun menjadi bersinar.

(7) Dzikir mudah mendatangkan rizki.

(8) Dzikir membuat orang yang berdzikir akan merasakan manisnya iman dan keceriaan.

(9) Dzikir akan mendatangkan cinta Ar Rahman yang merupakan ruh Islam.

(10) Dzikir akan mendekatkan diri seseorang pada Allah sehingga memasukkannya pada golongan orang yang berbuat ihsan yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihatnya.

(11) Dzikir akan mendatangkan inabah, yaitu kembali pada Allah ‘azza wa jalla. Semakin seseorang kembali pada Allah dengan banyak berdzikir pada-Nya, maka hatinya pun akan kembali pada Allah dalam setiap keadaan.

(12) Dengan berdzikir, seseorang akan semakin dekat pada Allah sesuai dengan kadar dzikirnya pada Allah ‘azza wa jalla. Semakin ia lalai dari dzikir, ia pun akan semakin jauh dari-Nya.

(13) Dzikir akan semakin menambah ma’rifah (pengenalan pada Allah). Semakin banyak dzikir, semakin bertambah ma’rifah seseorang pada Allah.

(14) Dzikir mendatangkan rasa takut pada Rabb ‘azza wa jalla dan semakin menundukkan diri pada-Nya. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir akan semakin terhalangi dari rasa takut pada Allah.

(15) Dzikir akan mudah meraih apa yang Allah sebut dalam ayat,

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ

“Ingatlah pada-Ku, maka Aku akan melihat kalian.” (QS. Al Baqarah: 152). Ibnul Qayyim mengatakan, “Seandainya tidak ada keutamaan dzikir selain yang disebutkan dalam ayat ini, maka sudahlah cukup keutamaan yang disebut.”

(16) Dengan dzikir, hati akan semakin hidup. Ibnul Qayyim pernah mendengar gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,

الذكر للقلب مثل الماء للسمك فكيف يكون حال السمك إذا فارق الماء ؟

“Dzikir pada hati semisal air yang dibutuhkan ikan. Lihatlah apa yang terjadi jika ikan tersebut lepas dari air?”

(17) Hati dan ruh semakin kuat dengan dzikir. Jika seseorang melupakan dzikir maka kondisinya sebagaimana badan yang hilang kekuatan. Ibnul Qayyim rahimahullah menceritakan bahwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sesekali pernah shalat Shubuh dan beliau duduk berdzikir pada Allah Ta’ala sampai beranjak siang. Setelah itu beliau berpaling padaku dan berkata, ‘Ini adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini, hilanglah kekuatanku’ –atau perkataan beliau yang semisal ini-.

(18) Dzikir menjadikan hati semakin kilap yang sebelumnya berkarat. Karatnya hati disebabkan lalai dari dzikir pada Allah. Sedangkan kilapnya hati adalah dengan dzikir, taubat dan istighfar.

(19) Dzikir akan menghapus dosa karena dzikir adalah kebaikan terbesar dan kebaikan akan menghapus kejelekan.

(20) Dzikir pada Allah dapat menghilangkan kerisauan.

(21) Ketika seorang hamba rajin mengingat Allah (berdzikir), maka Allah akan mengingat dirinya di saat ia butuh.

(22) Jika seseorang mengenal Allah -dengan dzikir- dalam keadaan lapang, Allah akan mengenalnya dalam keadaan sempit.

(23) Dzikir akan menyelematkan seseorang dari adzab neraka.

(24) Dzikir menyebabkan turunnya sakinah (ketenangan), naungan rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat.

(25) Dzikir menyebabkan lisan semakin sibuk sehingga terhindar dari ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dusta, perbuatan keji dan batil.

(26) Majelis dzikir adalah majelis para malaikat dan majelis orang yang lalai dari dzikir adalah majelis setan.

(27) Orang yang berzikir begitu bahagia, begitu pula ia akan membahagiakan orang-orang di sekitarnya.

(28) Dzikir akan memberikan rasa aman bagi seorang hamba dari kerugian di hari kiamat.

(29) Karena tangisan orang yang berdzikir, Allah akan memberikan naungan ‘Arsy padanya di hari kiamat yang amat panas.

(30) Sibuknya seseorang pada dzikir adalah sebab Allah memberi untuknya lebih dari yang diberikan pada peminta-minta.

(31) Dzikir adalah ibadah yang paling ringan, namun ibadah tersebut amat mulia.

(32) Dzikir adalah tanaman surga.

(33) Pemberian dan keutamaan yang diberikan pada orang yang berdzikir tidak diberikan pada amalan lainnya.

(34) Senantiasa berdzikir pada Allah menyebabkan seseorang tidak mungkin melupakan-Nya. Orang yang melupakan Allah adalah sebab sengsara dirinya dalam kehidupannya dan di hari ia dikembalikan. Seseorang yang melupakan Allah menyebabkan ia melupakan dirinya dan maslahat untuk dirinya. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hasyr: 19)

(35) Dzikir adalah cahaya bagi pemiliknya di dunia, kubur, dan hari berbangkit.

(36) Dzikir adalah ro’sul umuur (inti segala perkara). Siapa yang dibukakan kemudahan dzikir, maka ia akan memperoleh berbagai kebaikan. Siapa yang luput dari pintu ini, maka luputlah ia dari berbagai kebaikan.

(37) Dzikir akan memperingatkan hati yang tertidur lelap (yang lalai). Hati bisa jadi sadar dengan dzikir.

(38) Orang yang berdzikir akan semakin dekat dengan Allah dan bersama dengan-Nya. Kebersamaan di sini adalah dengan kebersamaan yang khusus, bukan hanya sekedar Allah itu bersama dalam arti mengetahui atau meliputi hamba-Nya. Namun kebersamaan ini menjadikan lebih dekat, mendapatkan perwalian, cinta, pertolongan dan taufik Allah. Kebersamaan yang dimaksudkan sebagaimana firman Allah Ta’ala,

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An Nahl: 128)

وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 249)

وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al ‘Ankabut: 69)

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا

“Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS. At Taubah: 40)

(39) Dzikir dapat menyamai seseorang yang memerdekakan budak, menafkahkan harta, juga dapat menyamai seseorang yang menunggang kuda dan berperang dengan pedang (dalam rangka berjihad) di jalan Allah.

Sebagaimana terdapat dalam hadits,

مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ

“Barangsiapa yang mengucapkan ‘Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku, wa lahul hamdu, wa huwa ‘ala kulli syain qodiir dalam sehari sebanyak 100 kali, maka itu seperti memerdekakan 10 budak.”[1]

Ibnu Mas’ud mengatakan, “Sungguh aku banyak bertasbih pada Allah Ta’ala (mengucapkan subhanallah) lebih aku sukai dari beberapa dinar yang aku infakkan fii sabilillah (di jalan Allah).” 

(41) Makhluk yang paling mulia adalah yang bertakwa yang lisannya selalu basah dengan dzikir pada Allah. Orang seperti inilah yang menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Ia pun menjadikan dzikir sebagai syi’arnya.

(42) Hati itu ada yang keras. Kerasnya hati dapat dilebut dengan berdzikir pada Allah. Oleh karena itu, siapa yang ingin sembuh dari hati yang keras, maka perbanyaklah dzikir pada Allah.

Ada yang berkata kepada Al Hasan, “Wahai Abu Sa’id, aku mengadukan padamu akan kerasnya hatiku.” Al Hasan berkata, “Lembutkanlah dengan dzikir pada Allah.”

Ketika hati semakin lalai, semakin keras hati tersebut. Jika seseorang berdzikir pada Allah, lelehlah kekerasan hati sebagaimana timah itu dapat meleleh dengan api. Kerasnya hati akan meleleh semisal itu, yaitu dengan dzikir pada Allah.

(43) Dzikir adalah obat hati sedangkan lalai dari dzikir adalah penyakit hati.

Mak-huul, seorang tabi’in, berkata, “Dzikir kepada Allah adalah obat (bagi hati). Sedangkan sibuk membicarakan (‘aib) manusia, itu adalah penyakit.”

(44) Tidak ada sesuatu yang membuat seseorang mudah meraih nikmat Allah dan selamat dari murka-Nya selain dzikir pada Allah. Jadi dzikir adalah sebab datangnya nikmat dan tertolaknya murka Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7). Dzikir adalah inti syukur sebagaimana telah disinggung sebelumnya. Sedangkan syukur akan mendatangkan nikmat dan semakin bersyukur akan membuat nikmat semakin bertambah.

(45) Dzikir menyebabkan datangnya shalawat Allah dan dari malaikat bagi orang yang berdzikir. Dan siapa saja yang mendapat shalawat (pujian) Allah dan malaikat, sungguh ia telah mendapatkan keuntungan yang besar. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42) هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا (43)

“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Ahzab: 41-43)

(46) Dzikir kepada Allah adalah pertolongan besar agar seseorang mudah melakukan ketaatan. Karena Allah-lah yang menjadikan hamba mencintai amalan taat tersebut, Dia-lah yang memudahkannya dan menjadikan terasa nikmat melakukannya. Begitu pula Allah yang menjadikan amalan tersebut sebagai penyejuk mata, terasa nikmat dan ada rasa gembira. Orang yang rajin berdzikir tidak akan mendapati kesulitan dan rasa berat ketika melakukan amalan taat tersebut, berbeda halnya dengan orang yang lalai dari dzikir. Demikianlah banyak bukti yang menjadi saksi akan hal ini.

(47) Dzikir pada Allah akan menjadikan kesulitan itu menjadi mudah, suatu yang terasa jadi beban berat akan menjadi ringan, kesulitan pun akan mendapatkan jalan keluar. Dzikir pada Allah benar-benar mendatangkan kelapangan setelah sebelumnya tertimpa kesulitan.

(48) Dzikir pada Allah akan menghilangkan rasa takut yang ada pada jiwa dan ketenangan akan mudah diraih. Sedangkan orang yang lalai dari dzikir akan selalu merasa takut dan tidak pernah merasakan rasa aman.

(49) Dzikir akan memberikan seseorang kekuatan sampai-sampai ia bisa melakukan hal yang menakjubkan. Contohnya adalah Ibnu Taimiyah yang sangat menakjubkan dalam perkataan, tulisannya, dan kekuatannya. Tulisan Ibnu Taimiyah yang ia susun sehari sama halnya dengan seseorang yang menulis dengan menyalin tulisan selama seminggu atau lebih. Begitu pula di medan peperangan, beliau terkenal sangat kuat. Inilah suatu hal yang menakjubkan dari orang yang rajin berdzikir.

(50) Orang yang senantiasa berdzikir di jalan, di rumah, di lahan yang hijau, ketika safar, atau di berbagai tempat, itu akan membuatnya mendapatkan banyak saksi di hari kiamat. Karena tempat-tempat tadi, semisal gunung dan tanah, akan menjadi saksi baginya di hari kiamat. Kita dapat melihat hal ini pada firman Allah Ta’ala,

إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5)

“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.” (QS. Az Zalzalah: 1-5)

(51) Jika seseorang menyibukkan diri dengan dzikir, maka ia akan terlalaikan dari perkataan yang batil seperti ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), perkataan sia-sia, memuji-muji manusia (secara berlebihan), dan mencela manusia. Karena lisan sama sekali tidak bisa diam. Lisan boleh jadi adalah lisan yang rajin berdzikir dan boleh jadi adalah lisan yang lalai. Kondisi lisan adalah salah satu di antara dua kondisi tersebut. Ingatlah bahwa jiwa jika tidak tersibukkan dengan kebenaran, maka pasti akan tersibukkan dengan hal yang sia-sia.[3]

Penyusun: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id

Mari Sejenak Berbicara Tentang Zodiak

Ramalan Bintang Termasuk Ilmu Nujum/Perbintangan

Zodiak adalah tanda bintang seseorang yang didasarkan pada posisi matahari terhadap rasi bintang ketika orang tersebut dilahirkan. Zodiak yang dikenal sebagai lambang astrologi terdiri dari 12 rasi bintang (Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius dan Pisces). Zodiak ini biasa digunakan sebagai ramalan nasib seseorang, yaitu suatu ramalan yang didasarkan pada kedudukan benda-benda tata surya di dalam zodiak (disarikan dari website Wikipedia).

Dalam islam, zodiak termasuk ke dalam ilmu nujum/Perbintangan.

Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang mempelajari ilmu nujum berarti ia telah mempelajari cabang dari ilmu sihir, apabila bertambah ilmu nujumnya maka bertambah pulalah ilmu sihirnya.”
(HR Ahmad dengan sanad hasan).

Hadits ini dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa ilmu nujum (yang termasuk dalam hal ini adalah ramalan bintang) merupakan bagian dari sihir. Bahkan Rasulullah menyatakan bahwa apabila ilmu nujumnya itu bertambah, maka hal ini berarti bertambah pula ilmu sihir yang dipelajari orang tersebut.

Sedangkan hukum sihir itu sendiri adalah haram dan termasuk kekafiran, sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).”
(Qs. Al Baqarah: 102)

Ramalan Bintang = Mengetahui Hal yang Gaib

Seseorang yang mempercayai ramalan bintang, secara langsung maupun tidak langsung menyatakan bahwa ada zat selain Allah yang mengetahui perkara gaib. Padahal Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa tidak ada yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Dia.

Allah berfirman yang artinya: “Katakanlah: Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” (Qs. An Naml: 65).

Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi besok, sebagaimana firmanNya yang artinya
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Qs. Luqman: 34).
Klaim bahwa ada yang mengetahui ilmu gaib selain Allah adalah kekafiran yang mengeluarkan dari islam.

Ramalan Bintang = Ramalan Dukun

Setiap orang yang menyatakan bahwa ia mengetahui hal yang gaib, maka pada hakikatnya ia adalah dukun. Baik dia itu tukang ramal, paranormal, ahli nujum dan lain-lain. (Mutiara Faidah Kitab Tauhid, Ust Abu Isa Hafizhohullah) Oleh karena itu, ramalan yang didapatkan melalui zodiak sama saja dengan ramalan dukun. Hukum membaca ramalan bintang disamakan dengan hukum mendatangi dukun. (Kesimpulan dari penjelasan Syeikh Shalih bin Abdul Aziz Alu syaikh dalam kitab At-Tamhid).

Hukum Membaca Ramalan Bintang

Orang yang membaca ramalan bintang/zodiak baik itu di majalah, koran, website, melihat di TV ataupun mendengarnya di radio memiliki rincian hukum seperti hukum orang yang mendatangi dukun, yaitu sebagai berikut:

Jika ia membaca zodiak, meskipun ia tidak membenarkan ramalan tersebut. maka hukumnya adalah haram, sholatnya tidak diterima selama 40 hari. Dalilnya adalah “Barangsiapa yang mendatangi peramal, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari.” (HR. Muslim)

Jika ia membaca zodiak kemudian membenarkan ramalan zodiak tersebut, maka ia telah kufur terhadap ajaran Muhammad Shallahu alaihi wasallam. Rasulullah bersabda “Barang siapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallahu alaihi wasallam.” (Hadits sahih Riwayat Imam Ahmad dan Hakim).

Jika ia membaca zodiak dengan tujuan untuk dibantah, dijelaskan dan diingkari tentang kesyirikannya, maka hukumnya terkadang dituntut bahkan wajib. (disarikan dari kitab Tamhid karya Syeikh Shalih bin Abdul Aziz Alu syaikh dan Qaulul Mufid karya Syeikh Utsaimin dengan sedikit perubahan).

Shio, Fengshui, dan Kartu Tarot

Di zaman modern sekarang ini tidak hanya zodiak yang digunakan sebagai sarana untuk meramal nasib. Seiring dengan berkembangnya zaman, ramalan-ramalan nasib dalam bentuk lain yang berasal dari luar pun mulai masuk ke dalam Indonesia. Di antara ramalan-ramalan modern impor lainnya yang berkembang dan marak di Indonesia adalah Shio, Fengshui (keduanya berasal dari Cina) dan kartu Tarot (yang berasal dari Italia dan masih sangat populer di Eropa). Kesemua hal ini hukumnya sama dengan ramalan zodiak.

Nasib Baik dan Nasib Buruk

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, maka sesungguhnya orang-orang yang mencari tahu ramalan nasib mereka, tidak lain dan tidak bukan dikarenakan mereka menginginkan nasib yang baik dan terhindar dari nasib yang buruk. Akan tetapi, satu hal yang perlu kita camkan dan yakinkan di dalam hati-hati kita, bahwa segala hal yang baik dan buruk telah Allah takdirkan 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi, sebagaimana Nabi bersabda

“Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk 50 ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim).

Hanya Allah yang tahu nasib kita. Yang dapat kita lakukan adalah berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan hal yang baik dan terhindar dari hal yang buruk, selebihnya kita serahkan semua hanya kepada Allah.

Allah berfirman yang artinya “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Qs. Ath Thalaq: 3).
Terakhir, ingatlah, bahwa semua yang Allah tentukan bagi kita adalah baik meskipun di mata kita hal tersebut adalah buruk. Allah berfirman yang artinya “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 216).

Berbaik sangkalah kepada Allah bahwa apabila kita mendapatkan suatu hal yang buruk, maka pasti ada kebaikan dan hikmah di balik itu semua. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Maha Adil terhadap hamba-hambaNya.

***

Penulis: Abu ‘Uzair Boris Tanesia
Muroja’ah: Ust Ahmad Daniel, Lc.
(Alumni Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia. Sekarang dosen di STDI Imam Syafi’i Jember)
Artikel www.muslimah.or.id

Semoga dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua dan semoga Allah melindungi kita dari perbuatan yang demikian. Allahul Musta'an.

Barakallahu fiykum...semoga bermanfaat

Sebuah Teguran,Renungan Sekaligus Do'a

Sahabat, hidup ini ternyata,tidak sekedar mengejar cita-cita pribadi saja
Di luar sana masih banyak orang tidak punya rumah
Masih banyak orang yg bahkan tidak tahu apakah besok pagi dia masih bisa makan
Masih banyak anak-anak yang bahkan tidak tahu sampai kapan mereka akan terus tidur beratapkan langit yang bahkan terkadang memuntahkan air dan beralaskan tanah yang keras

Masih banyak mereka yang masa depannya tidak jelas
Tapi sayangnya kita sering lupa akan hal itu

Seringkali kita hanya ingat dan berempati hanya saat penderitaan mereka disodorkan depan muka kita. Selebihnya, mungkin kita lupa. Padahal seharusnya kita lah yang mencari tahu. Kita yang mencari fakta-fakta, bukan menunggu untuk ditemukan oleh fakta. Tapi sayangnya, kenyataan yang sering terjadi adalah kita hanya menunggu.

Masih banyak mereka yang tidak mandi karena alasan-alasan yang mungkin bagi kita mudah saja, seperti air bersih, sabun, dll. Sedangkan kita pun mungkin secara sadar maupun tidak sering membuang-buang air bersih atau memiliki banyak sabun yang tidak terpakai. Masih banyak mereka yg tidak memiliki baju selain yang menempel di tubuh mereka dan kita masih sempat mengeluh ngeluh karena baju kotor yang menumpuk? Ingatlah kawan..itu artinya kita beruntung memiliki banyak baju.

Masih banyak mereka yang tidak memiliki orang tua dan kita terkadang sering menggerutu hanya karena ditegur orang tua?
Ingatlah kawan..itu artinya kita beruntung karena masih diizinkan Allah untuk mewujudkan rasa sayang dan membalas kebaikan orang tua kita.
Seringkali kita mengeluh dan mengomel karena kelelahan berjalan kaki. Ingatlah kawan..itu artinya kita masih punya kaki dan tubuh yang berfungsi dengan baik.

Apapun yang terjadi..
Seburuk apapun keadaan kita,,cobalah kita pandang dari sudut pandang yang berbeda
Dan kita akan menemukan dan pada akhirnya mengerti cara Allah menyayangi, mendidik, dan memberi yang terbaik untuk kita
Because we are loved

Tapi kenapa kita sering lupa?
Kenapa kita sering tidak berinfaq jika tidak diminta?
Kenapa tidak mencari tahu di mana kita bisa berinfak?

Kawan..
Hidup tidak hanya bersemangat berprestasi dalam bidang akademik, organisasi, atau pekerjaan
Semua itu bagus sekali namun semangat dan prestasi luar biasa itu tidak ada artinya bila implementasinya sama dengan nol
Tidak ada artinya bila ternyata kita sampai lupa dengan orang-orang di luar sana
Mereka yang menjadi korban kemerdekaan yang blum merdeka
Mereka yang menjadi korban para pejabat yg bagai kacang lupa kulitnya itu
Mereka yang terlupakan, mereka yg dibohongi, mereka yg tertindas, mereka yg terjajah oleh 'kemerdekaan' negeri ini

Kawan..
Bersyukurlah punya banyak makanan
Banyak sekali orang yg kelaparan di dunia ini
Di Ethiopia, India, Indonesia, atau bahkan mungkin beberapa meter dari tempat kita duudk saat ini
Jadi ingatlah kawan..Jangan sampai kita membiarkan makanan membusuk di kulkas atau menjadi basi di dalam lemari / tudung saji

Kawan..
Mari kita luangkan waktu..,,untuk bersyukur
Ya, untuk bersyukur
Karena selalu harus ada waktu untuk bersyukur
Jangan sampai kita bersikap tidak tahu diri
Jangan sampai kita rutin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman namun tidak ingat untuk berterima kasih kepada Allah

Kawan...
Mari kita menghargai setiap waktu yang terlewat karena waktu tidak dapat berputar kembali
Bahkan Leonardo Da Vinci pernah menyatakan keheranannya mengenai manusia yangg sering tidur. Ia berpendapat manusia hidup tersebut seperti orang mati saja karena apa bedanya orang yang msh hidup dengan yang sudah meninggal apabila yang hidup juga tidak melakukan apa-apa (baca: sia2)?

Kawan..
Lihat ke negeri Palestina sana
Ke negeri para bayi yang terlahir untuk hidup di surga
Ke negeri yg para penghuninya waspada setiap saat terhadap pengeboman, penjarahan, pembunuhan, dan segala ketidakadilan yg dilakukan oleh orang2 yg mengatasnamakan perebutan kembali tanah milik mereka
Ke negeri yang pedih karena para muslim yg seharusnya bertitel saudara tidak bertindak sepertt saudara (baca: tidak mendukung)

Kawan..
Skali lagi, ingatlah..
Kita harus peka
Selalu lihat ke bawah tapi jangan lupa lihat ke atas juga
Selalu lihat ke depan tapi sesekali jangan lupa untuk menoleh ke belakang juga
In order to be a better person, we can't improve urself only without caring 4 others

Kawan..bayangkanlah kesepiannya mereka yang tidak memiliki keluarga, mereka yg dimusuhin, dikucilkan, apalagi kesepian dan kepedihan orang-orang yang ditinggal mati kluarganya yang terbunuh di depan mata merekaKawan...
Jangan terlalu sedih walaupun kadang orang suka meremehkan kita
Di belahan dunia di sebelah mana pun, banyak sekali orang-orang terbuang yg mungkin jauuuuhh lebih tersakiti daripada kita
Mereka dianggap hina
Mereka dipandang rendah
Entah berapa banyak cacian yg sudah mereka dengar
Perlakuan kasar yang mereka dapat juga tak terhitung
Lihatlah semuanya lebih dekat..dan kita akan sadar betapa sempurnanya hidup kita, paling tidak bagi diri kita sendiri!

POHON APEL

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya." Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel. "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. "Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Ilmu dan Cara Mendapatkannya

Ilmu adalah pemberian Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada hamba-hamba yang diinginkan-Nya. Usaha manusia untuk mendapatkan ilmu diwajibkan oleh Allah dalam beberapa hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Artinya, manusia berdosa jika meninggalkan usaha dalam mendapatkan ilmu itu. Sebaliknya, jika usaha sudah dilakukan, sementara ilmu itu tidak juga dapat dikuasai, maka orang tersebut sudah terhindar dari kesalahan, sebab yang wajib adalah menuntut ilmu, bukan mendapatkannya. Adapun mendapatkan ilmu, semata-mata hanyalah karunia Allah saja.
Dengan demikian janganlah merasa kecewa dan putus asa jika seseorang sudah belajar suatu ilmu tertentu pada waktu yang lama, ternyata orang itu gagal menguasai ilmu tersebut. Ini bukan lagi salahnya, akan tetapi memang Allah tidak berkenan memberikan ilmu itu padanya.
Dalam kenyataan hidup ini banyak kita jumpai orang yang belajar membaca Al-Qur’an, misalnya, sudah bertahun-tahun melakukannya dengan sungguh-sungguh, namun ternyata hasil yang dia peroleh tidak sesuai harapan. Dia tetap saja tidak dapat mengucapkan huruf-hurufnya dengan fashih, dan banyak melakukan kesalahan dalam tajwid dan waqaf-ibtida’nya. Kenapa bisa terjadi? Tidak lain karena tidak diberikan oleh Allah. Hal ini sudah Allah jelaskan dalam surat Bani Israil ayat 85 :
Artinya:   “Dan tidaklah kamu diberi ilmu pengetahuan kecuali sedikit saja
Bagaimanakah cara mendapatkan ilmu itu?
Ilmu itu dapat diperoleh oleh seseorang dengan melalui beberapa jalan. Tidak seperti yang sering dianggap oleh kebanyakan orang bahwa satu-satunya jalan untuk mendapatkannya adalah dengan belajar dan menuntutnya . Di antara cara mendapatkan ilmu itu antara lain :
1.       Belajar, dan menuntut ilmu tersebut dari orang lain.
Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
Artinya : “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan .”
Dalam hadits yang lain :
Artinya : “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah membuatnya berjalan di salah satu jalan menuju surga. Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha kepada pencari ilmu. Sesungguhnya orang berilmu dimintakan ampunan oleh makhluk yang berada dia langit dan bumi, serta ikan di tengah hari. Sesungguhnya keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada saat purnama atas seluruh bintang. Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, namun mewariskan ilmu. Barangsiapa mendapatkannya, ia mendapatkan keuntungan yang besar.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ad Darimi)
2.       Diajarkan langsung oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala tanpa diajarkan oleh orang lain.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala  dalam Surat Al Baqarah ayat 31 :
Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.”
3.       Ilmu didapat dengan beramal.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
Artinya: “Barangsiapa mengamalkan satu ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah mewariskan kepadanya ilmu-ilmu lain yang sebelumnya dia tidak tahu.” (HR. Abu Nu’aim).
Tidak heran jika banyak orang-orang sholih yang rajin beramal dianugerahi Allah banyak ilmu sebagai buah amal yang rajin dilakukannya bertahun-tahun. Ilmu yang tidak diperoleh oleh orang-orang yang banyak bicara dan berdebat dengan orang lain!
4.       Ilmu didapat dengan bertaqwa.
Firman Allah Subhanallahu Wa Ta’ala Surat Al Baqarah ayat 282:
          Artinya: “Dan bertaqwalah kepada Allah dan Allah akan mengajarimu. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
5.       Ilmu dapat diperoleh dengan diajarkan oleh makhluk lain
Di zaman dahulu ketika manusia baru pada generasi pertama, telah terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh Qabil, salah satu putera Nabi Adam Alaihissalam, terhadap saudara kandungnya yang sholih, Khabil. Setelah Qabil membunuh saudaranya itu, dia ketakutan dan kebingungan karena tidak tahu bagaimana caranya mengamankan tubuh saudaranya yang sudah menjadi mayat itu. Tiba-tiba dengan perintah Allah turunlah sepasang burung gagak yang saling tempur di depannya, kemudian salah seekor dari gagak itu mati. Kemudian gagak yang menang menggali lubang serta menguburkan gagak yang mati. Maka, terkesimalah Qabil dan dia pun mendapatkan ilmu dari burung itu. Kisah ini ada dalam Al-Qur’an surat al Maidah ayat 30-31.
Beberapa jurus-jurus bela diri terkenal dari mancanegara banyak yang dipelajari dari cara binatang berkelahi, seperti jurus kucing, jurus harimau, jurus bangau, jurus ular dan lain-lain sebagainya.
Dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ada dikisahkan beberapa orang sahabat nabi, justru mendapatkan ilmu sebab diajari oleh syaitan. Kisah tersebut antara lain, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu telah berkata dia :
“Aku ditugaskan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk menjaga hasil zakat pada bulan Ramadhan.Tiba-tiba datanglah seseorang kepadaku, dan mengambil sedikit dari zakat itu, maka aku menangkapnya seraya berkata, ”Kamu akan kuadukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” Orang itu berkata, “Biarkan aku. Sesungguhnya aku orang miskin, punya banyak anak, dan sangat membutuhkan. Maka aku pun melepaskannya. Pada keesokan harinya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepadaku, “Hai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu kemarin ?” Aku menjawab, “Ya Rasulullah, dia mengadukan kemiskinannya dan kelurganya yang banyak, maka aku kasihan dan aku membebaskannya.” Nabi bersabda, “Sesungguhnya orang itu berdusta kepadamu, dan dia akan kembali.” Saya sadar bahwa orang itu akan kembali karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakannya. Maka aku pun mengintipnya. Ternyata ia datang untuk mengambil makanan. Maka aku menangkapnya lagi seraya berkata, “Sungguh aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” Dia berkata, “Lepaskan aku. Sesungguhnya aku sangat membutuhkan dan punya keluarga yang banyak, saya tidak akan kembali.” Maka aku pun mengasihaninya dan membebaskannya lagi. Keesokan harinya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepadaku, “Hai Abu Hurairah, apa yang telah dilakukan tawananmu kemarin ?” Saya menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan kemiskinan dan jumlah kelurganya yang banyak, maka aku pun kasihan dan membebaskannya lagi.” Nabi bersabda, “Sesungguhnya dia berdusta kepada mu dan dia akan kembali.” Maka pada yang ketiga kalinya aku mengintipnya kembali. Dia datang mengambil makanan. Segera aku menangkapnya seraya aku berkata, “Sungguh aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah. Ini adalah yang ketiga kalinya kamu mengatakan bahwa kamu tidak akan kembali, namun nyatanya engkau kembali lagi.” Dia berkata,Biarkan aku mengajari mu beberapa kalimat yang dengannya kamu akan beroleh manfaat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” Saya bertanya, “Kalimat apakah itu ?” Dia berkata, “Apabila kamu hendak tidur maka bacalah ayat kursi, “Allah, Tiada Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal dan terus menerus mengurus makhluknya….” Dia membaca hingga akhir ayat. “Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan senantiasa menurunkan pelindung bagimu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi”. Maka aku pun membebaskannya. Keesokan hari, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepadaku, “Apa yang telah dilakukan oleh tawanan mu kemarin?” Saya menjawab, “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dia telah mengajariku beberapa kalimat yang dengannya Allah akan memberiku manfaat, maka aku pun melepaskannya”.  Beliau bertanya, “Kalimat apakah itu ?” Dia berkata kepadaku, ”Apabila kamu akan tidur, maka bacalah Ayat kursi dari awal hingga dia menyelesaikan ayat “Allah, tiada Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus makhluknya…“ Dia berkata kepadaku, “Allah akan senantiasa menurunkan pelindung bagimu dan syaitan tidak akan mendekatimu hingga pagi.” Para sahabat sangat menyukai kebaikan. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Dia telah berkata benar kepadamu, dan sebenarnya dia adalah pendusta. Hai Abu Hurairah, tahukah dengan siapa kamu berbicara selama tiga malam itu ?” Saya menjawab, “tidak.” Nabi bersabda, “Dia adalah Syaitan.”  (HR. Bukhari) .
          Hadits ini menunjukkan bahwa apabila Allah berkehendak, maka Dia mampu untuk memerintahkan siapa saja, bahkan termasuk syaitan sekalipun untuk memberikan ilmu dan pelajaran kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
          Kisah yang senada dengan kisah di atas pernah dialami oleh beberapa shahabat Nabi yang berbeda. Silakan ruju’ pada kitab Tafsir Ibnu Katsir keterangan pada ayat kursi, surat Al-Baqarah ayat 255.
Di dalam kitab Tanbihul Ghafilin ada lagi dikisahkan sebuah hadits tentang perjumpaan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan Iblis la’natullah ‘alaihi, di mana ketika itu Iblis telah diperintahkan oleh Allah untuk mengajari Rasulullah tentang sepuluh jenis manusia sahabat Iblis dan sepuluh jenis yang menjadi musuhnya. Dialog antara Rasulullah dan Iblis itu menjadi pelajaran yang berharga bagi  ummat Islam sampai sekarang ini.
Wallahu A’lam Bishshowab
KH. Tengku Zulkarnain

MENCARI REZQI HALAL

Ada orang bilang,”mencari rezqi yang haram saja sulit apa lagi yang halal.”
Benarkah pernyataan demikian? Bukankah Allah telah menurunkan karunia di langit dan di bumi dengan jumlah yang tidak mungkin bisa dihitungnya? Dan bukankah semua itu untuk hambaNya?
     Rezqi adalah karunia Allah yang diberikan kepada hambaNya. Karunia ini bisa berupa apa saja, mungkin bisa kesehatan, umur panjang, anak yang shaleh dan shalehah, bisa juga berupa materi seperti uang, binatang ternak, buah-buahan dan lain sebagainya. Namun dalam kajian kali ini kami hanya membatasi pada masalah materi atau financial yaitu berupa uang.
     Uang oh uang, itulah kebutuhan setiap orang yang hidup. Siapapun orangnya pasti membutuhkan yang namanya uang. Karena dengan uang semua kebutuhan bisa terpenuhi. Orang yang sakit ingin sehat harus mengeluarkan uang uantuk membeli obat, atau  untuk membayar biaya Rumah Sakit jika sampai masuk Rumah Sakit. Orang ingin makan ia harus mengeluarkan uang untuk membeli beras, sayuran, lauk pauk, elpigi, dan lain sebagainya. Pokoknya uang adalah segala-galanya. Orang ingin apa saja pokoknya ada uang itulah kata orang.
     Dari situlah maka banyak orang yang menghalalkan berbagai macam cara agar bisa  mendapatkan yang namanya uang. Ada yang mendapatkannya dengan menjadi seorang dokter, bidan, pekerja bangunan, ada juga  yang menjadi koruptor, perampok,penipu, pencuri,  dan bahkan ada yang menjual diri dan lain sebagainya. Mungkin kita masih ingat tentang sosok Malinda Dee yang beberapa waktu lalu menjadi sumber berita di berbagai media massa di tanah air ini. Dengan kepiawaiannya dia bisa menipu Milyaran rupiah. Mungkin kita masih ingat juga bagaimana Gayus Tambunan dalam mencari uang di instansi perpajakan. Dan masih banyak lagi contoh lain yang bisa kita jadikan referensi.
     Nah bagi kita sekarang, yang penting harus tetap berpegang kepada Al Qur’an dan Hadits di dalam mencari rizqi. Dan sebagai dasar kita adalah Al Qur’an Surat An Nahl:114
           Artinya :” Maka makanlah yang halal lagi baik dari rizqi yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”
(QS. An Nahl : 114)

Berdasarkan ayat di atas kita diharapkan untuk selektif  didalam mencari rizqi. Yaitu dengan hanya memilih yang baik dan yang halal. Banyak rizqi itu kelihatannya baik, akan tetapi belum tentu kalau itu halal. Begitu juga sebaliknya rizqi itu kelihatannya tidak baik tetapi kenyataannya halal. Oleh karena itu kejelian dan ketelitian menuntut siapa saja yang ingin dalam hidupnya selamat dunia dan akhirat. Sebab rizqi yang dalam hal ini harta atau uang selama hidup di dunia inipun juga akan diaudit jika menjadi seorang pejabat, jika didapat dari yang tidak benar maka ia akan masuk dalam tirai besi (penjara). Itulah yang dialami koruptor negara kita (seperti Gayus Tambunan). Dan masih banyak Gayus-gayus yang lain di negeri ini. Ini siksa dunia, bagaimana nanti siksa akhirat yang akan lebih dahsyat lagi.
Jika pemilihan sudah dijalankan dan mendapatkan rizqi, selanjutnya kita tidak boleh lupa akan kebersihan harta kita. Bukankah pada setiap harta yang dititipkan oleh Allah kepada kita ada sebagian yang bukan milik kita?
     Oleh karena itu walaupun rizqi itu baik dan halal dalam mencari, kita tidak boleh lupa untuk membersihkannya. Harta yang kita miliki bisa dikata bersih (baik dan halal) manakala sudah kita keluarkan sebagian yang bukan haq kita. yaitu dengan zakat Mal apabila sudah sampai Nishab dan Haulnya. Bisa juga dengan zakat profesi, pada setiap kali kita menerima gaji atau upah dari pekerjaan kita. InsyaAllah kalau rizqi yang kita cari dengan jalan baik dan halal kemudian kita keluarkan sebagian yang bukan haq kita untuk:

Orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. (QS. At Taubah ayat 60).
Maka bersih sudah harta kita dan itulah yang halal untuk kita dan keluarga kita.
     Nah sekarang tinggal kita untuk menjalankannya. Yang biasanya mencari dengan jalan  kurang baik maka mulai sekarang berniat untuk merubah menjadi yang baik. Semua tergantung pada niat kita, kalau niat sudah bulat maka langkah selanjutnya berusaha atau ikhtiar. Berusaha menghindari yang tidak baik, yang samar-samar, dan bahkan yang jelas-jelas  haram atau dilarang, baik oleh negara maupun agama.
      Ajakan teman atau kelompok kadang yang membuat kita tidak bisa mengindarinya. Kalau kita tidak ikut teman atau kelompok kita akan ditinggal, namun kalau ikutan teman atau kelompok kita takut akan ancaman dan siksa Allah. Memang sungguh dilematis.
     Bagi seorang Muslim tidak ada kata dilematis, dan tidak ada kata coba-coba. “Coba-coba dulu ah kalau nanti selamat kita lanjutkan, kalau tidak kan belum terlanjur.” Seorang Muslim yang seperti ini berarti lemah imannya. Bukankah yang halal itu nampak kehalalannya, dan yang haram itupun nampak keharamannya?
Oleh karenanya kita di dalam berdo’a selalu  memohon : “Allahumma arinal haqqa-haqqa warzuqnat tibaa’ah, wa-arinal baatila-baathila warzuqnaj tinaabah.” (Ya Allah tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar agar kami dapat menjalankannya , dan tunjukkanlah kepada kami yang bathil itu bathil untuk dapat kami menghindarinya).
     Semoga dari sini kita bisa mengambil I’tibar  untuk menuntun kita di dalam mencari rizqi yang baik dan yang halal, agar kita bisa selamat  dunia dan akhirat. Amin………

Donasi

donasi