Ada orang bilang,”mencari rezqi yang haram saja sulit apa lagi yang halal.”
Benarkah  pernyataan demikian? Bukankah Allah telah menurunkan karunia di langit  dan di bumi dengan jumlah yang tidak mungkin bisa dihitungnya? Dan  bukankah semua itu untuk hambaNya?
      Rezqi adalah karunia Allah yang diberikan kepada hambaNya. Karunia ini  bisa berupa apa saja, mungkin bisa kesehatan, umur panjang, anak yang  shaleh dan shalehah, bisa juga berupa materi seperti uang, binatang  ternak, buah-buahan dan lain sebagainya. Namun dalam kajian kali ini  kami hanya membatasi pada masalah materi atau financial yaitu berupa  uang.
      Uang oh uang, itulah kebutuhan setiap orang yang hidup. Siapapun  orangnya pasti membutuhkan yang namanya uang. Karena dengan uang semua  kebutuhan bisa terpenuhi. Orang yang sakit ingin sehat harus  mengeluarkan uang uantuk membeli obat, atau  untuk membayar biaya Rumah  Sakit jika sampai masuk Rumah Sakit. Orang ingin makan ia harus  mengeluarkan uang untuk membeli beras, sayuran, lauk pauk, elpigi, dan  lain sebagainya. Pokoknya uang adalah segala-galanya. Orang ingin apa  saja pokoknya ada uang itulah kata orang.
      Dari situlah maka banyak orang yang menghalalkan berbagai macam cara  agar bisa  mendapatkan yang namanya uang. Ada yang mendapatkannya dengan  menjadi seorang dokter, bidan, pekerja bangunan, ada juga  yang menjadi  koruptor, perampok,penipu, pencuri,  dan bahkan ada yang menjual diri  dan lain sebagainya. Mungkin kita masih ingat tentang sosok Malinda Dee  yang beberapa waktu lalu menjadi sumber berita di berbagai media massa  di tanah air ini. Dengan kepiawaiannya dia bisa menipu Milyaran rupiah.  Mungkin kita masih ingat juga bagaimana Gayus Tambunan dalam mencari  uang di instansi perpajakan. Dan masih banyak lagi contoh lain yang bisa  kita jadikan referensi.
      Nah bagi kita sekarang, yang penting harus tetap berpegang kepada Al  Qur’an dan Hadits di dalam mencari rizqi. Dan sebagai dasar kita adalah  Al Qur’an Surat An Nahl:114
            Artinya :” Maka makanlah yang halal lagi baik dari rizqi yang telah  diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya  kepada-Nya saja menyembah.”
(QS. An Nahl : 114)
Berdasarkan  ayat di atas kita diharapkan untuk selektif  didalam mencari rizqi.  Yaitu dengan hanya memilih yang baik dan yang halal. Banyak rizqi itu  kelihatannya baik, akan tetapi belum tentu kalau itu halal. Begitu juga  sebaliknya rizqi itu kelihatannya tidak baik tetapi kenyataannya halal.  Oleh karena itu kejelian dan ketelitian menuntut siapa saja yang ingin  dalam hidupnya selamat dunia dan akhirat. Sebab rizqi yang dalam hal ini  harta atau uang selama hidup di dunia inipun juga akan diaudit jika  menjadi seorang pejabat, jika didapat dari yang tidak benar maka ia akan  masuk dalam tirai besi (penjara). Itulah yang dialami koruptor negara  kita (seperti Gayus Tambunan). Dan masih banyak Gayus-gayus yang lain di  negeri ini. Ini siksa dunia, bagaimana nanti siksa akhirat yang akan  lebih dahsyat lagi.
Jika  pemilihan sudah dijalankan dan mendapatkan rizqi, selanjutnya kita  tidak boleh lupa akan kebersihan harta kita. Bukankah pada setiap harta  yang dititipkan oleh Allah kepada kita ada sebagian yang bukan milik  kita?
      Oleh karena itu walaupun rizqi itu baik dan halal dalam mencari, kita  tidak boleh lupa untuk membersihkannya. Harta yang kita miliki bisa  dikata bersih (baik dan halal) manakala sudah kita keluarkan sebagian  yang bukan haq kita. yaitu dengan zakat Mal apabila sudah sampai Nishab  dan Haulnya. Bisa juga dengan zakat profesi, pada setiap kali kita  menerima gaji atau upah dari pekerjaan kita. InsyaAllah kalau rizqi yang  kita cari dengan jalan baik dan halal kemudian kita keluarkan sebagian  yang bukan haq kita untuk: 
Orang-orang fakir, orang-orang miskin,  pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk  (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. (QS. At Taubah ayat 60).
Maka bersih sudah harta kita dan itulah yang halal untuk kita dan keluarga kita.
      Nah sekarang tinggal kita untuk menjalankannya. Yang biasanya mencari  dengan jalan  kurang baik maka mulai sekarang berniat untuk merubah  menjadi yang baik. Semua tergantung pada niat kita, kalau niat sudah  bulat maka langkah selanjutnya berusaha atau ikhtiar. Berusaha  menghindari yang tidak baik, yang samar-samar, dan bahkan yang  jelas-jelas  haram atau dilarang, baik oleh negara maupun agama.
       Ajakan teman atau kelompok kadang yang membuat kita tidak bisa  mengindarinya. Kalau kita tidak ikut teman atau kelompok kita akan  ditinggal, namun kalau ikutan teman atau kelompok kita takut akan  ancaman dan siksa Allah. Memang sungguh dilematis.
      Bagi seorang Muslim tidak ada kata dilematis, dan tidak ada kata  coba-coba. “Coba-coba dulu ah kalau nanti selamat kita lanjutkan, kalau  tidak kan belum terlanjur.” Seorang Muslim yang seperti ini berarti  lemah imannya. Bukankah yang halal itu nampak kehalalannya, dan yang  haram itupun nampak keharamannya?
Oleh  karenanya kita di dalam berdo’a selalu  memohon : “Allahumma arinal  haqqa-haqqa warzuqnat tibaa’ah, wa-arinal baatila-baathila warzuqnaj  tinaabah.” (Ya Allah tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar agar  kami dapat menjalankannya , dan tunjukkanlah kepada kami yang bathil itu  bathil untuk dapat kami menghindarinya).
      Semoga dari sini kita bisa mengambil I’tibar  untuk menuntun kita di  dalam mencari rizqi yang baik dan yang halal, agar kita bisa selamat   dunia dan akhirat. Amin………
sumber: http://pamkenjeran.blogspot.com/

 
wah bagus sekali sharenya
BalasHapus