Menghadapi Ujian Hidup



“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Meraka itulah mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S 2: 156-157)

Persaingan hidup yang keras makin banyak orang terkena stress. Jiwa mereka tertekan (depresi), cemas (anxiety), fisik seakan sakit atau ketashanan tubuh menurun.
Beban hidup di pundak terasa amat bera karena problem dating susul – menyusul. Yang satu belum selesai muncul yang lain. Sementara kemampuan memecahkan persoalan dalam kondisi demikian semakin tumpul. Maka yang ada hanya awan kelabu terus menebal.
Persoalan keluarga dan perkawinan konon penyebab stress paling menonjol, kematian suami/istri, soal anak, perceraian, perselingkuhan dan persoalan keluarga lainnya. Pekerjaan juga menjadi sumber stress. Tugas menumpuk sedang waktu sangat terbatas, persaingan bisnis dan sebagainya.
Masih banyak persoalan yang membawa orang merasa tertekan, seperti belum siap mental memasuki pension atau kena mutasi, persoalan keluarga, hubungan dengan orang lain, kecelakaan yang menyebabkan cacat fisik dan sebagainya.
Menurut Islam, manusia hidup pasti menghadapi ujian, bahkan boleh jadi perjalanan hidup seseorang melangkah dari satu ujian ke ujian berikutnya. Namun justru dari ujian itu manusia di didik lebih dewasa, yang akhirnya menyadari siapa sesungguhnya dirinya. Allah berfirman
“Dan sesungguhnya Aku akan member cobaan kepadamu dengan rasa cemas, lapar, menyusutnya jiwa dan buah-buahan (panen), namun berilah kabar gembira kepada orang yang sabar” (Q.S 2: 155)
Dalam teks asli, Allah mengawali firma-Nnya dalam ayat ini dengan kata “sungguh” dua kali. Ini menunjukkan bahwa ujian itu pasti di alami manusia. Maka peluang stress bias sangat besar. Kecuali mereka yang memiliki kesabaran, justru akhirnya akan menemukan kegembiraan, seperti yang ditegaskan di ujung ayat tersebut.
Bagaimana mengatasi ujian supaya tidak stress?
Berikut ini langkah yang bias kita ambil dari ajaran Islam untuk meneguhkan jiwa agar mampu menghadapi ujian dengan tabah.

SABAR
Kunci utama dalam menghadapi ujian adalah dengan sikap sabar. Banyak ayat yang memerintahkan agar kita punya kesabaran tinggi menghadapi ujian itu. Pemecahan masalah tidak akan kita temukan dalam keadaan panic, marah atau jiwa yang kacau balau. Namun apa yang disebut dengan sabar? Dan bagaimana kita dapat berperilaku sabar? Dalam The Holy Al Qur’an sebuah tafsir terkenal yang ditulis Abdullah Yusuf Ali menjelaskan ada empat hal yang terkandung dalam kata sabar. Saba menahan diri, tidak tergesa-gesa. Sabar juga berarti teguh, tabah dank eras kemauan. Sabar juga bermakna sistematik, terarah, tidak asal bertindak. Dan sabar berarti pula menerima kenyataan atau pasrah dengan gembira kebalikan dari sikap menggerutu dan uring-uringan.
Dengan demikian tidak bersikap pasif, ada kepasrahan tapi juga keteguhan dan kemauan keras. Ada sikap menahan diri tetapi ada juga maju dengan terencana dan sistematik. Sikap sabar sesungguhnya adalah kekuatan yang luar biasa. Lalu bagaiman kekuatan itu bisa kita peroleh? Kunci kekuatan itu bias kita dapatkan pada lanjutan ayat yang kita dapatkan pada lanjutan ayat yang kita kutip di atas yaitu
“(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Meraka itulah mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S 2: 156-157)
Sumber kekuatan itu terletak pada kalimat istirjak yang artinya “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali” Ini kalimat yang tidak asing bagi kita, bahkan meluncur begitu saja dari bibir kita setiap kali mendengar kematian. Namun sebenarnya bukan hanya untuk kematian, melainkan setiap musibah yang menimpa kita. Persoalan terpenting sebenarnya bagaimana penghayatan kita pada kalimat itu. Kalimat berupa pernyataan bahwa sesungguhnya kita timemiliki apa-apa, bahkan fisik kita dan jiwa kita juga milik Allah yang sewaktu waktu akan kembali kepada pemiliknya.

Karena kita menyadari tidak memiliki apa-apa, maka kita tidak pernah kehilangan. Semua hanya titipan, atas kemurahan Tuhan kita boleh menikmati titipan barang titipan itu, tetapi tidak untuk memiliki. Kesadaran bahwa kita tidak memiliki apa-apa merupakan sikap yang luar biasa. Sikap itu menyebabkan daya tahan mental kita sangat kuat. Musibah apa pun yang terjadi kita tidak pernah merasakan kehilangan karena tidak pernah merasa memiliki. Tetapi sungguh sulit menunmbuhkan kesadaran pada diri sendiri.

Penyebab jiwa tertekan adalah karena kita merasa semua milik kita. Semua ingin kita kuasai, tak ingin ada yang menyusut atau berkurang, bahkan ingin terus bertambah. Itulah sikap manusia terhadap harta, kekuasaan atau yang lainnya. Tentu saja sangat manusiawi jika musibah dating hati bersedih. Nabi Muhammad SAW, ketika Ibrahim anak laki-lakinya wafat juga bersedih, bahkan air matanya menetes membasahi pipinya. Namun tidak kehilangan kesadaran bahwa Ibrahim memang bukan miliknya. Perpisahan memang sering menyedihkan. Dengan kawan seperjalanan saja bias timbul haru atau sedih, apalagi dengan ank atau harta.

Metode mengatasi stress yang dapat kita ambil dari ajaran agama, seperti uraian diatas juga sholat , dzikir, sedekah dan tawakal. Musibah sering dating tiba-tiba dan itu membuat hidup kita terguncang. Disaat demikian, jiwa kita sering mengapung tanpa pegangan. Kita memerlukan pertolongan. Maka pertolongan yang paling baik adalah meminta langsung kepada Allah S.W.T, tidak perlu disyarat-syaratkan. Tuhan lebih Maha Pintar, Maha Kuasa dan Maha Pemurah. Jiwa terguncang itu harus menemukan pegangan, stress itu harus diatasi. Agama mengajarkan dengan sikap sabar seperti yang sudah diuraikan dahulu. Tetapi juga harus disertai sholat, doa, dzikir, sedekah dan tawakal. Sholat dan doa adalah merupakan cara yang sangat baik mengobati luka hati dan menentramkan jiwa yang tertekan. Tuhan menganjurkan agar kita minta tolong kepada-Nya melalui sabar dan sholat. Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, minta tolonglah (kepada) Allah dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Q.S 2: 153)

Sholat 5 waktu dan tahjjud merupakan waktu yang sangat baik menyampaikan permohonan dan pertolongan. Banyak orang mengaku melalui doa dan sholat tahajjud jiwanya ringan dan menemukan jalan keluar dari problema. Ada yang perkawinannya terselamatkan setelah terus menerus menangis mengadukan nasibnya kepada Allah di tengah malam. Ada persoalan anaknya terpecahkan, sakitnya disembuhkan dan masih banyak lagi. Sholat dan doa tulus adalah sebuah kekuatan. Dalam Al-Qur’an ada kutipan sejumlah doa yang dahulu dibaca paraNabi. Juga doa yang sudah disusun sahabat-sahabat, termasuk doa setelah sholat tahajjud. Kita tinggal mengucapkan saja. Bias kit abaca doa sapu jagad. Jika tidak bias, bias dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Tuhan Maha Tahu segala bahasa. Dalam doa yang terpenting bukan bahasa yang dibibir, tetapi bahasa jiwa dengan penuh kesungguhan.
DZIKIR DAN TAWAKAL
Dzikir artinya ingat. Dzikir kepada Allah artinya mengingat Allah dalam Al-Qur’an Allah mengatakan
“jika kalian ingat kepada-Ku, maka Aku akan mengingatmu” juga dinyatakan “Ketahuilah, dengan dzikir kepada Allah, maka hati kita menjadi teteram” Dzikir paling ringan adalah mengucap kalimat “La ilaha illallah” Tidak ada Tuhan kecuali Allah. Yang lebih berat tentu saja menghayati sepenuh hati makna kalimat thayyibah itu. Menuhankan sesuatu artinya meletakkan Dia pada prioritas pertama. Jadi mengakui Allah sebagai Tuhan berarti dalam hidup kita, Allah kita tempatkan pada prioritas utama. Perintah dan larangan Tuhan kita jadikan sebagai pertimbangan paling menentukan.

Selain secara lisan, yang lebih utama lagi dalam hati, yaitu mengingat Allah disetiap waktu dan segala tempat. Mengakui, kekuasaan dan balasan Allah. Menurut Imam Al Ghazali, tawakal artinya menyerahkan nasib sepenuhnya kepada Allah atas keadaan yang kita terima. Kepahitan hidup yang kita alami, kita sandarkan kepada Allah. Tidak ada tempat sandaran lebih kukuh daripada bersandar kepada Tuhan. Tetapi sikap pasrah hendaknya ditempatkan dibelakang, bukan di depan. Sebelum pasrah ada keharusan ikhtiar, jangan belum apa-apa sudah pasrah. Ini bukan tawakal, tetapi kemalasan atau sembrono. Tawakal tanpa ikhtiar adalah keteledoran.

Seorang laki-laki naik unta dating ke masjid. Ia turun, lalu dengan santai berjalan ke masjid “untamu kau tinggalkan begitu saja?” tegur Nabi Muhammad, “saya tawakal, ya Rasulullah” jawabnya. “ikat dulu untamu, baru kau bilang tawakal” perintah Nabi. Selain tawakal mungkin ada baiknya perhatikan saran Dale Carniegie, psikolog terkemuka. Kalau kita ditimpa musibah, jangan putus asa karena merasa seakan akan telah habis. Cobalah perkirakan akibat terburuk apa yang kita alami dengan kejadian itu.

Dengan perkiraan akibat buruk, kita tahu resiko paling pahit yang mungkin terjadi dan kita siapkan mental sejak awal. Sangat boleh jadi bukan akibat buruk yang menimpa kita, karena masih banyak alternative lain untuk mengatasinya. Carnigie juga menasehatkan, lakukan kekiatan sesibuk mungkin agar kita tidak ada waktu kosong dan hanyut dalam kesedihan. Jangan termangu membiarkan kesedihan berlarut. Lebih baik mengisi waktu dengan kegiatan positif. Secara teknis, kita bias berkonsultasi dengan para ahli jiwa untuk mengatasi stress atas ketegangan jiwa yang kita alami.

SEDEKAH
sedekah sangat bermanfaat untuk mengurangi terjadinya musibah. “sedekah itu membawa keselamatan” Kata Nabi Muhammad. Allah menolong kita terhindar dari musibah karena kita tergolong orang yang gemar bersedekah. Selain itu juga menghapuskan rasa cemas dan takut kita “Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong sesame” kata Nabi Muhammad. Banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang sedekah, lalu diakiri dengan keterangan yang bersangkutan tidak merasa cemas atau sedih, salah satu contaoh ayat tersebut:
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, kemudian tidak mengiri pemberian itu dengan menyebut-nyebut (undat-undat) dan tidak menyakiti (perasaan si penerima), maka bagi mereka pahala disisi Allah. Tidak ada lagi kecemasan dan ketakutan bagi mereka.” (Q.S 2: 262)
Seorang dermawan yang tulus dari aspek social akan memiliki banyak sahabat sehingga banyak yang membantu mengatasi kesulitan. Sedangkan dari sudut agama, Allah akan membantu di a menghilangkan rasa cemas dan rasa sedih.

By: Warta Surya : media komunikasi panti asuhan Muhammadiyah kenjeran kota surabaya
Sumber:
Nur Cholis Huda
Wakil Ketua PWM Jawa Timur dan Muballigh

NB: bagi yang ingin menyumbang untuk panti asuhan Muhammadiyah kenjeran kota Surabaya bisa menghubungi alamat berikut.
Jl. Tambakwedi Baru 77 surabaya 60126
Telp. 0313721589,
03177920043
081553331420,
082143111881
Rekening
Bank Muamalat : 701.01279.20
Bank BNI : 0050547044
Batara Pos : 1011701570019394
Bank BCA : 1010700414
Bank Mandiri : 1400007925721

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Donasi

donasi